Tiap anak memiliki potensi yang bisa dikembangkan, tak terkecuali anak-anak berkebutuhan khusus, seperti autis, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), Down Syndrome, dan sebagainya. Tentu hal ini memerlukan keteguhan orang tua dalam memberikan stimulasi-stimulasi dan menerapkan kedisiplinan, serta kejelian mereka dalam mengamati potensi yang dimiliki anak.
Potensi yang berkembang baik akan menjadi bekal untuk anak-anak menjalani kehidupannya, karena penting bagi mereka untuk bisa berdaya dan mandiri. Salah satu dukungan yang bisa diberikan orang tua adalah dengan memberikan ruang seluas-luasnya bagi anak untuk berkarya dan mengekspos talenta mereka kepada dunia luar.
Berangkat dari pemikiran itu, Sunday Talents Project digelar secara rutin tiap bulan sejak Agustus 2022. Acara yang menampilkan talenta-talenta remaja dengan autisme ini digagas oleh Tina Maladi, seorang instruktur yoga anak dan ibu 2 anak, yang salah satunya adalah autistik.
“Kami sebagai orang tua (anak autistik) mempunyai kekhawatiran. Saat dewasa nanti anak-anak mau ke mana? Tidak semua anak autistik menempuh pendidikan formal. Raissa, puteri sulung kami, tidak kuliah walaupun sudah lulus SMA. Sementara, kami ingin anak bisa mandiri. Kekhawatiran itu tidak hanya terjadi pada saya, namun juga semua orang tua yang mempunyai anak autistik. Karena itu, kami mengadakan Sunday Talents Project, untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa anak-anak autistik ini juga memiliki banyak kemampuan dan bisa diarahkan,” papar Tina.
Dalam setiap penyelenggaraannya, Sunday Talents Project menghadirkan 4-6 anak autistik yang memiliki bakat dan potensi. Tidak harus yang sudah berprestasi atau pernah memenangkan suatu kejuaraan, anak-anak itu boleh menampilkan apa pun yang menjadi talenta mereka, dari menyanyi, main musik, mendongeng, hingga memamerkan karya-karya seni dan keterampilan mereka. “Siapa pun boleh tampil di sini. Sampai saat ini, setidaknya sudah ada sekitar 30 anak yang pernah mengisi acara ini,” jelas Tina.
Selama 4 kali berturut-turut, Sunday Talents Project diselenggarakan di Kouji Genki Project Café di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Tina menjelaskan bahwa bukan tanpa alasan acara ini diadakan di sana. Kouji Genki Project Café bukan kedai biasa, namun diinisiasi oleh komunitas autisme dan semua baristanya adalah autistik.
Namun, ada yang berbeda dengan Sunday Talents Project vol. 5 yang diselenggarakan pada 18 Desember 2022. Kali ini, Nutmeg Cuisine & Bar menjadi arena bagi 5 remaja autistik memamerkan talenta. Mereka adalah Phoebe F.A Suraputra (16) yang hobi menggambar, M. Salman Farisyi (13) yang suka melukis dan main musik, Sarah (24) seorang pelukis dan penulis buku, Andra Naladira (24) yang sudah menjadi seniman gambar, dan Raissa (20) yang sedang menekuni keramik dan olah vokal.
Mengasah Rasa Percaya Diri
Tidak mudah bagi seorang anak autistik berada di keramaian dan memperkenalkan dirinya di hadapan banyak orang. Namun, kelima remaja itu bisa mengalahkan kondisi tersebut, dan dengan berani mereka tampil di panggung, memperkenalkan diri dan menceritakan hobi serta aktivitas mereka. Raissa yang pertama tampil dengan menyanyikan 2 lagu. Suaranya merdu dan penampilannya membuat suasana seketika ceria.
Sarah tidak kalah keren. Menggunakan 2 bahasa, Inggris dan Prancis, dengan semangat ia memperkenalkan diri dan menceritakan hobi melukis di atas kanvas yang tengah ditekuninya. “Ini lukisan saya tentang kota New York, kota kelahiran saya. Dan sekarang saya juga suka melukis di atas tote bag,” kata Sarah yang memiliki galeri di rumahnya.
Lalu, ia membacakan buku cerita anak bergambar karyanya sendiri berjudul Sydney Makes New Friends. Buku berbahasa Inggris ini merupakan tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan kuliah S1 di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Paramadina.
Sebagai penulis, Sarah sudah menghasilkan sejumlah buku cerita, dan beberapa di antaranya bisa dibeli di toko buku Gramedia dan secara online di Amazon. “Ia mempunyai impian buku-buku lainnya kelak bisa diterbitkan di luar negeri,” kata Wiwied, ibunya.
Penampilan berikutnya adalah Phoebe. Ia bercerita dalam suara yang renyah tentang kesukaannya menggambar, bermain lego, dan makan buah serta sayur. Beberapa gambar karyanya ia pamerkan dan ceritakan, salah satunya adalah yang menggambarkan dirinya sendiri dengan berbagai hal yang dia sukai, seperti hewan-hewan peliharaan dan traveling.
Ditemani ayahnya, Sofwan Farisy, Salman maju ke atas panggung. Ia bermain keyboard, mengiringi seorang penyanyi cilik membawakan 2 lagu. Saat ini, Salman menekuni seni lukis yang sudah dilakoninya sejak 2 tahun lalu di bawah bimbingan Timotius Suwarsito (Kak Toto), seorang art mentor bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Menemukan kekhasan dalam garis-garis Salman, Kak Toto membimbingnya untuk fokus pada satu tema yang sangat khas dan disukainya, yakni Cherry Blossom dalam berbagai nuansa warna. “Ini semacam branding untuk Salman, sehingga orang mudah mengenali karya-karyanya. Tapi, di atas semua itu, yang penting dia happy saat mengerjakannya,” kata Kak Toto yang turut hadir di acara tersebut.
Sofwan bercerita bahwa Salman baru saja selesai menggelar pameran tunggal di salah satu hotel di Jakarta. Sebanyak 43 lukisan dipamerkan selama 9 hari. “Dalam satu setengah tahun, Salman sudah ikut 7 pameran dan 2 projects bersama anak-anak berkebutuhan khusus lainnya, yakni melukis di mobil Porsche dan bus Trans Jakarta,” kata Sofwan.
Selanjutnya Andra tampil dengan diperkenalkan terlebih dulu oleh ibunya. “Andra sudah suka menggambar sejak kecil, dan gambarnya sudah dengan perspektif. Ia punya photographic memory yang kuat, sangat tertarik pada truk dan mobil jeep. Di jalan, kalau ada truk, dia bilang ayahnya untuk mendekat. Lalu matanya terpejam, jarinya bergerak-gerak. Di rumah, dia akan menggambar truk itu dengan detail sekali,” kata Meidy, ibunya.
Saat ini, Andra menggambar dengan gaya doodling hitam-putih menggunakan drawing pen di atas kertas tanpa sketsa lebih dulu. Gambar-gambarnya sangat menarik, dengan detail yang luar biasa, bercerita tentang suasana kota yang ramai dengan bermacam kendaraan, gedung-gedung bertingkat, pasar, dan sebagainya. Salah satu karyanya belum lama ini mendapat penghargaan bronze medal dalam Asia-Pacific Art Contest di Korea Selatan.
Berlatih Mandiri
Setiap orang tua anak-anak ini menyambut positif acara Sunday Talents Project. Seperti yang diungkap Cindy, ibu Phoebe, “Saya ingin lewat acara ini Phoebe lebih terekspos dan mendapat inspirasi dari teman-teman yang sama dengannya. Selama ini hidupnya lebih dengan dunia sendiri dan keluarga, karena mencari teman untuk anak-anak seperti dirinya bukan sesuatu yang mudah. Harapan saya, acara ini bisa menjadi lebih besar.”
Karena salah satu tujuannya adalah membangun kemandirian anak berkebutuhan khusus, selain diekspos, karya para remaja itu bisa dibeli, baik dalam bentuk karya seni maupun merchandise. “Kami support semua remaja yang datang membawa talenta masing-masing. Jadi, ini adalah hasil karya para remaja yang ingin ditunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka bisa berkarya dan memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk diri sendiri. Karena, semua orang tua ingin anak-anak mereka mandiri,” jelas Tina.
Salman, misalnya, menjual merchandise berupa tumbler, tas belanja lipat, pouch, sampai kaus bergambar Cherry Blossom yang menjadi ciri khasnya.
Sarah juga mengeluarkan koleksi dari galerinya, salah satunya adalah lukisan kota New York, tote bag berlukis, dan buku cerita anak-anak. Sementara, Raissa menjual keramik-keramik buatannya, seperti mangkuk, piring, hingga hiasan meja berbentuk pohon Natal. Karena keunikannya, baru sebentar dipajang di meja pamer, karya Raissa langsung dibeli peminatnya.
Koleksi kaus bergambar truk dan mobil jeep Andra juga laris, begitu pula tote bag kanvas dan tumbler yang bisa dipesan dimuka dengan motif gambar doodling-nya yang khas.
“Acara ini sangat berguna bagi malaikat-malaikat kami. Bersama-sama, kita mencoba meningkatkan kemampuan mereka dan mencari terus bakat mereka. Di abad milenial serba digital ini, kami berharap anak-anak ini bisa mandiri, berkreasi, dan diterima masyarakat. Kami ingin bisa mengenalkan kepada masyarakat bahwa anak autistik (berkebutuhan khusus) itu bukan anak yang dispesialkan, dijadikan becandaan, atau dianggap makhluk aneh,” kata salah satu orang tua, di akhir acara.
Memasuki tahun 2023, secara rutin, Sunday Talents Project akan terus dilaksanakan di minggu ketiga tiap bulannya. Tina berharap, project ini bisa menjangkau lebih banyak anak-anak berkebutuhan khusus untuk ditampilkan dan hadir, tidak hanya anak-anak autistik saja. “Kami juga akan mengembangkan Sunday Talents Project dengan program-program pelatihan bagi orang tua, guru, dan komunitas. Dengan demikian, kesadaran masyarakat akan isu pengasuhan dan pengembangan bakat anak-anak berkebutuhan khusus menjadi lebih baik,” pungkas Tina.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan kontak: info@pranasatyaindonesia.com atau WA: 081291693679.
Leave a comment