Ini adalah cerita tentang Raissa, seorang individu Autistik yang didiagnosa Pervasive Development Disorder Not Other Specify yang masuk dalam kategori Autism Spectrum Disorder. Hal tersebut mulai terlihat saat dia tidak dapat merespon dengan baik ketika namanya dipanggil dan terlihat sangat aktif. Berdasarkan saran dari neneknya yang juga merupakan seorang dokter, Tina, sang Ibu pun membawa Raissa ke dokter spesialis anak dan belum juga mendapatkan diagnosa yang memuaskan. Karena dokter masih menganggap bahwa reaksi Raissa merupakan hal yang wajar terjadi.
Akhirnya Tina memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf anak. Berdasarkan hasil diagnosa, Raissa memang tidak sesuai dengan standar tumbuh kembang anak usia 2.5 tahun. Beberapa cirinya adalah Raissa tidak melakukan kontak mata saat diajak berbicara dan mengalami keterlambatan bicara, pada saat itu juga Raissa tampak tidak menunjukkan minat bermain pada anak seumurnya seperti anak-anak lainnya. Hal tersebut yang mengkonfirmasi bahwa Raissa memang tidak seperti anak pada umumnya.
Setelah mengetahui hal tersebut,orang tua Raissa dengan cepat mencari solusi agar Raissa dapat belajar untuk menjadi seorang individu yang mandiri. Mereka ingin Raissa dapat berkembang sesuai dengan kapasitas, minat dan bakatnya.
Apakah hal tersebut semudah itu untuk dijalani? Tentu tidak. Dengan keterbukaan terhadap kondisi putri mereka, justru mempermudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan Raissa.
Setiap individu dengan Autism Spectrum Disorder memiliki keunikannya masing-masing. Dengan meningkatkan kesadaran dan membekali diri dengan berbagai informasi mengenai ASD terhadap masyarakat luas, maka komunitas ASD juga akan mendapatkan kehidupan yang mandiri.
Masih banyak bahasan informatif lainnya, nantikan di sini!
Leave a comment