Memiliki teman adalah hal yang penting untuk setiap orang. Teman bisa menjadi tempat kita berbagi hal-hal yang kita senangi, menjadi tempat untuk berdiskusi tentang kejadian-kejadian yang muncul di sekeliling kita, menemani kita di saat sepi, dan menjadi sosok yang bisa kita percaya untuk tempat kita berkeluh-kesah. Akan menjadi hal menarik dan butuh pengertian lebih terhadap satu sama lain jika seorang teman kita adalah individu dengan autism. Pertemanan unik dengan autism akan memberikan pemahaman baru dan juga pengalaman yang tulus ketika berhubungan dengan mereka.
Dengan luasnya spektrum yang ada dalam karakteristik autism, kita perlu paham tentang bagaimana teman kita dengan autistik ini berelasi. Individu dengan autism memiliki cara berkomunikasi dan bersosialisasi yang berbeda dari umumnya. Hal tersebut disebabkan dari perbedaan cara tumbuh kembang otak yang terjadi seumur hidup individu dengan autism, seperti perbedaan proses sensori dan ada kecenderungan untuk memiliki rutinitas yang sama setiap harinya. Dua contoh di atas tentunya akan sangat berpengaruh sekali ketika individu dengan autism akan melakukan kegiatan bersosialisasi. Teman kita ini bisa saja memiliki preferensi-preferensi tertentu untuk bisa berhubungan sosial dengan kita.
Walau dengan banyaknya perbedaan dan kesulitan memahami, banyak hal-hal tentang pertemanan yang tulus yang bisa kita pelajari untuk berelasi bersama individu autism. Berikut hal-hal yang bisa kita lakukan untuk memiliki pertemanan yang unik dan tulus dengan autism:
Pahami Preferensi-preferensi Temanmu
Seperti yang disampaikan sebelumnya, adanya perbedaan proses sensori bisa mempengaruhi mood dan perilaku individu dengan autism ketika akan melakukan sebuah kegiatan. Kalau kita mau berbicara serius atau curhat yang membutuhkan perhatian dari mereka, kita perlu sadar bagaimana kondisi lingkungan tempat kita akan berbincang-bincang bersama mereka. Hanya mempertimbangkan preferensi kita sendiri sebagai acuan dapat memberikan kesalahpahaman.
Solusi mudah yang bisa kita lakukan adalah bertanya kepada teman kita dengan autism kira-kira situasi yang mereka sukai dan tidak sukai tentang interaksi sosial. Kita jadi bisa bersama-sama bereksplorasi hal-hal yang bisa membina hubungan yang terkoneksi dan kenyamanan dalam pertemanan. Tidak hanya perihal tempat bertemu, tetapi juga bagaimana cara kita berkomunikasi bersama individu dengan autism. Mereka cenderung berkomunikasi terbuka, langsung, dan jujur, tanpa basa-basi. Selain itu, kita bisa juga bertanya langsung tentang proses sensori, emosi, dan juga bahasa yang mereka gunakan untuk memahami sebuah cerita. Ingat, bahwa ada keanekaragaman cara berpikir dari individu dengan autism yang tidak bisa kita asumsi sama dengan orang kebanyakan, ya.
Bersosialisasi di tempat yang sudah saling kenali seperti di rumah merupakan salah satu hal yang bisa kita pertimbangkan saat berelasi dengan mereka. Kebisingan dan hiruk-pikuk restoran bisa saja membuat mood individu dengan autism terganggu sehingga ia tidak bisa fokus dan memperhatikan pembicaraan kita. Bahkan individu dengan autism bisa saja langsung meninggalkan tempat karena mereka mengalami sensorial overstimulated sebagai strategi menenangkan diri mereka agar tidak menjadi meltdown. Jadi, sikap seperti itu bukan berarti karena individu dengan autism tidak suka dengan kalian, ya.
Siap-siap dengan Kejujuran (yang terkadang brutal)
Dalam pertemuan dengan teman, biasanya kita akan melihat berbagai macam perubahan yang terjadi dengan teman-teman kita. Salah satunya perubahan fisik yang terlihat seperti potongan rambut baru atau pilihan pakaian yang digunakan saat itu. Sayangnya, tidak semuanya akan benar-benar terlihat bagus dan malah terkesan konyol. Untuk orang pada umumnya, kita akan menjaga untuk memberikan tanggapan yang netral agar tidak menyinggung pilihan teman kita.
Namun hal itu tidak bisa dilakukan oleh individu dengan autism. Selagi mereka berusaha menjaga perasaan dan menghargai preferensi orang lain, mereka lebih senang memberikan pujian jika mereka benar-benar merasa suka dengan hal tersebut. Individu dengan autism senang menyampaikan opini-opini tidak lazim dan memberi tahu temannya jika mereka tidak setuju dengan hal-hal yang disampaikan. Jika diperbolehkan, individu dengan autism juga bisa memberikan koreksi yang menurut mereka sesuai.
Adanya dorongan untuk selalu jujur dan tulus dalam pertemanan ketimbang mempertimbangkan norma-norma konvensi sosial adalah hal-hal yang dipegang teguh oleh individu dengan autism. Mereka lebih senang mengatakan pendapat mereka sebagai bentuk perhatian agar temannya tidak memiliki potongan rambut jelek yang sama karena tidak adanya tanggapan yang jujur. Sehingga, jika ada komentar-komentar kurang menyenangkan dari individu dengan autism, jangan dimasukin ke hati, ya! Itu cara mereka memperlihatkan ketulusan dan perhatian terhadap kita juga, loh.
Terbuka untuk Terkoneksi dengan Berbagai Cara
Pada pertemanan umumnya, kita bisa terkoneksi dengan teman-teman kita melalui percakapan tatap muka, janjian ketemuan, dan secara teratur bertemu dengan perkumpulan teman di area publik seperti restoran atau kafe. Namun, kalau kita punya teman yang termasuk individu dengan autism, mereka akan lebih senang berkoneksi dengan cara yang berbeda. Ada yang senang ngobrol lewat kirim pesan di whatsapp, media sosial atau bahkan forum online gaming. Ada yang senang berkumpul dalam grup kecil atau bertemu berdua saja, atau ada juga yang senang bergaul dalam kegiatan-kegiatan terstruktur seperti mengikuti workshop.
Banyak individu dengan autism senang berkomunikasi lewat pesan teks karena mereka bisa fokus pada isi pembicaraan, menyusun respon yang baik, dan juga mengambil jeda untuk memproses komentar yang akan mereka berikan. Oleh karena saat mengirimkan pesan mereka tidak perlu memperlihatkan ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan juga informasi suara untuk memperlihatkan pemahaman sepenuhnya, pesan teks menjadi hal yang meringankan bagi individu dengan autism untuk berkoneksi dengan teman-temannya. Bertukaran emoji juga bisa membantu mereka memberikan suasana pada percakapan mereka ketimbang ekspresi wajah dan nada suara.
Namun, jika percakapan perlu terjadi maka kita perlu memiliki kesabaran melakukannya. Berikan individu dengan autism waktu untuk mereka merespon. Kita perlu bersikap welas asih dan juga mendukung mereka untuk berani berpendapat. Selain itu, jika dalam percakapan tiba-tiba mereka malah membicarakan hal lain yang mereka senangi, bukan berarti mereka tidak memperhatikan apa yang kita sampaikan. Cara mereka tersebut merupakan bentuk mereka merespon memahami sebuah cerita atau fenomena dari apa yang kita sampaikan.
Untuk memiliki percakapan yang panjang memang akan terasa menantang. Individu dengan autism sangat bersemangat ketika membicarakan ketertarikan mereka, sehingga kita bisa memberikan pilihan, menyarankan topik, atau menjembatani percakapan yang kira-kira akan membuat mereka tertarik untuk terlibat. Bantu mereka untuk menambah keterampilan sosialnya dengan melibatkan mereka ke dalam percakapan dengan kita dan orang lain.
Fokuslah dengan cara-cara untuk terkoneksi dibandingkan dengan ritual-ritual yang dilakukan untuk bersosialisasi pada umumnya ketika kita menjalin pertemanan bersama individu dengan autism. Jika kita ingin membantu individu dengan autism bisa bergaul dengan orang lainnya, kita bisa berdiskusi dengan mereka seperti memberikan kode-kode rahasia kepada satu sama lain ketika bersosialisasi apabila ada situasi yang kurang menyenangkan.
Bertemanlah dengan Tulus
Pengalaman bersosialisasi yang kurang menyenangkan membuat individu dengan autism lebih memilih untuk menghindari pertemanan. Mereka banyak disalahpahami dengan gaya perilaku bersosialisasi yang tidak seperti pada umumnya. Terkadang mereka kurang tepat dalam membaca situasi sosial sehingga sering diolok-olok atau dipermalukan. Teman autistik kita menjadi lebih waspada dengan motif pertemanan orang lain sehingga hal terakhir yang mereka inginkan adalah pertemanan apa adanya. Pertemanan tulus adalah hal yang paling mereka inginkan.
Sebagai seorang teman, individu dengan autism adalah sosok yang jujur, peduli, dan setia kawan, sehingga mereka adalah sosok yang sangat baik untuk menjadi sahabat. Dengan kekompleksannya, kita perlu menjadi sosok yang dapat menerima dan menginklusi mereka dalam hubungan pertemanan yang baik. Mereka tidak perlu “diperbaiki”, mereka perlu diterima dengan tulus dan welas asih karena cara mereka yang unik.
Walau terkesan rumit namun pertemanan bersama individu dengan autism mengajari kita bagaimana membangun hubungan yang sehat, yakni didasari dengan saling memahami dan terkoneksi dengan cara penuh makna untuk menciptakan rasa kedekatan, kepercayaan, dan keamanan. Cara-cara di atas pun bisa kita praktikan, loh, ketika berteman dengan orang-orang pada umumnya.
https://psyche.co/guides/how-to-be-a-good-friend-to-an-autistic-person
https://www.cbc.ca/cbcdocspov/features/how-to-make-friends-with-someone-who-has-autism
Leave a comment